Kamis, 29 April 2010

KECUPAN BAYANGAN YANG TERSIMPAN LEWAT SUDUT MATAMU

Aku udah mencoba melupakannya,
sudah lama sejak dia memutuskan untuk pergi..
Kemarin dia kembali...dan apa salah jika aku ternyata belum benar-benar melupakannya?
dia menyakitiku dengan sikafnya dengan tingkah yang kurang mengerti,meski dia sering dan entah mengapa tiap kali dia kembali, aku selalu punya kata maaf untuknya...dan dia selalu mengulang kesalahan yang sama
kasih sayangku terlalu naif,
aku hanya tak ingin mengatakan aku tak mencintainya sementara hatiku terus berkata betapa aku masih mencintainya
Mungkinkah kali ini aku memaafkannya lagi?
Dulu dia pernah mengisi tiap imajinasi dalam cerpenku,
spirit dalam puisiku
Walau pada akhirnya aku tau, hanya aku yang berjuang untuk cinta itu,
aku juga pernah membuatkan sebuah puisi indah sebagai hadiah ulang tahunnya,


“mengayun tanpa henti ”

aku selau berkata mengapa kau pergi disaat aku butuhkanmu,dan aku mencintaimu disaat kau ingin cintaku,dan mengapa disaat ku ingin dicinta mu kau tak bisa hanya karna dengan kesibukan.apa kamu tak bisa membagi waktu ku untuk mu.kesibukan bukanlah penghalang dari sebuah cinta.dulu kau berjanji akan menjadi cinta selamanya bagiku.(Memo, 23 januari 2010 - 20;00;04 yhayank)

aku selalu terbayang kata itu, dia yang selalu memberiku cahaya walau kadang-kadang cahayanya tertutup awan kelabu.

Cahaya yang dipancarkannya untukku memang tak seterang cahaya mentari yang menyinari bumi, namun dengan bias cahayanya itu dia mampu memberiku kebahagiaan, keberanian menghadapi masalah dan sikap positif terutama dalam menilai diri sendiri. Nggak ada lagu atau puisi romantis yang mampu melukiskan rasa sayangku kepadanya…hm, ini nggak berlebihan …karena dia MENTARIKU, dan dia pantas menerimanya.

sama halnya seperti mentari yang menyinari bumi…kadang-kadang sinarnya tak sampai karena tertutup awan mendung, begitu halnya dengan mentariku…kadang-kadang ia menghilang dan ketika ia kembali, aku menjadi tak mengenalnya.

Tapi entah mengapa, aku tak mampu membenci mentari…aku mengajaknya bicara lewat angin dan saat itu ia mengakui bahwa sinarnya masih untukku…namun aku harus bersabar hingga awan mendung itu ditiup angin dan berlalu.

Cobaan lewat awan mendung itu akhirnya berlalu juga, walau kadang-kadang aku sering merasa resah, tapi aku tetap mencoba untuk percaya…Karena ia MENTARIKU, dan aku sangat membutuhkannya. Sayangnya…cobaan itu bukan Cuma awan mendung, suatu saat rembulan datang dan memberiku gerhana…begitu gelap, hingga aku hampir menyerah. Saat itu aku merasa mentariku benar-benar akan pergi, hampir sebulan ia tak menyinariku, berbagai usaha kulakukan tuk mencari cahayanya…sayangnya rembulan itu benar-benar telah membiusnya, entah dengan apa? Mungkin dengan sesuatu yang tak bisa kuberi, karena jarak yang begitu jauh antara kami, atmosfer yang berbeda…tapi aku tak peduli!!!

Tapi, aku sadar…tak seharusnya aku menyalahkan rembulan, walaupun pada dasarnya dialah menjadi pihak ketiga antara aku dan mentariku. Kadang-kadang aku merasa kebencianku pada rembulan membuat kepercayaanku menyusut…tapi ini adalah imbas dari dua kali kekecewaan yang kurasakan (hm, apa aku salah?).

**********

Akhir-akhir ini mentari bersinar begitu terang, mungkin karena ia tak ingin kehilangan aku (Hehehe geer banget), tapi apapun alasannya…aku gembira. Sampai sekarang, ketakutan itu masih menghantuiku…bagaimana bila rembulan datang kembali…atau bagaimana bila ada benda-benda langit lain yang datang dan membuat mentari berpaling? Keraguankah ini? Apakah pantas kupertahankan keraguan ini disaat mentari berjanji untuk tidak meninggalkanku dalam kegelapan lagi?

Well, rasanya sudah cukup aku memakai symbol-symbol antariksa untuk menceritakan kisah ini…

“Sayang, berbagai cobaan yang telah kita hadapi

semoga membawa kekuatan untukmu, untukku dan untuk cinta kita

dalam menjalani cobaan-cobaan selanjutnya

yang mungkin telah di persiapkan ALLAH S.W.T untuk kita.

Tak ada yang berubah untukmu, karena jauh di lubuk hati yang terdalam

Hanya kamu yang selalu kukasihi, kusayangi, dan kucintai.

Selamat ulang tahun Mentariku…

Semoga kebahagiaan akan selalu ada untukmu,

Dan ingat satu hal…

Kutitipkan sebuah hadiah bernama kepercayaan untukmu

Jaga dia baik-baik ya sayang

Jaga dia untuk cinta kita

Jaga dia untuk kebahagiaan masa depan kita…selamanya”


***********

Puisi itu, dulu dia menerimanya dengan senyum bahagia...
Aku benar-benar berharap dia menjadi seseorang yang kutemukan ketika aku terbangun di pagi hari...
tapi dia mengkhianatiku...3 kali...
apa harus ada kesempatan lagi?
apa aku harus jadi wanita bodoh yang menjatuhkan diri 4 kali ke lubang yang sama? padahal aku tau, bagaimana sakitnya jatuh ke dalam lubang itu?
aku harus berdiri dan memanjat kembali, lalu berusaha berdiri tegak?
apa aku sanggup?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar